Entah harus ku mulai
dari mana kisah hidup ku yang satu ini, ku masih mengingat hari itu. Hari itu
adalah hari rabu menurut banyak orang hari itu adalah hari yang baik hari yang
mendatangkan kebahagiaan. Pada jam 04.20 WIT
ku terbangun tuk menunaikan sholat subuh. Hati ku sudah mulai terketuk
tuk mencoba membiasakan diri agar bisa bangun pagi-pagi sejak saat itu.
Ku bergegas mengambil
air wuduk, setelah itu ku langsung sholat subuh. Disetiap do’a ku coba tuk
mengerti arti dari satu kata kekata yang lain,satu kalimat kekalimat yang lain.
Oh iya sebelum hari rabu itu datang, sudah jauh-jauh hari ku sudah
mempersiapkan diri, peralatan sekolah, serta keperluan hidup ku esok dipondok
ku.
Setelah itu ku
mencoba membiasakan diri untuk tidak terlalu mengingat rumah. Untuk satu tujuan
yakni agar aku bisa menuntut ilmu dengan tenang dan tidak ada beban. Setiap
detik, menit, jam, hari ku lewati dengan penuh makna dan tak ada satu detik pun
yang ingin ku lewati.
Semua ku pergunakan
tuk hal-hal yang baik-baik saja agar aku meninggalkan kenangan yang indah-indah
saja. Setelah ku menunaikan sholat subuh ku bergegas mempersiapkan peralatan,
keperluan yang akan aku bawa dan dengan harapan tak ada satu pun barang yang
akan terlupakan saat ku sudah sampai dipondok ku nanti.
Satu-persatu
barang-barang ku rapikan dan ku tata agar muat dalam satu koper. Bantal
kesayangan buatan nenek ku tersayang juga tak lupa ku bawa untuk ku gunakan
tidur dipondok ku nanti.
Baju-baju yang ku
bawa tak sebanyak baju ku didalam lemari sekarang, sebab baru mulai beberapa
bulan ini ku mencoba untuk menggunakan pakaian panjang serta rok.
Sebelum-sebelum nya aku hanya menggunakan baju pendek serta celana pendek hanya
sebagian yang berlengan panjang.
Terkadang kalau
mengingat hari itu hati ku seakan ingin tertawa saja, tak pernah ku bayang kan
sama sekali sekarang aku menjadi wanita muslimah sejati yang menggunakan
jilbab. Dulu ku sangat senang menggunakan baju pendek apalagi celana yang hanya
sampai paha saja.
Kalau ingat-ingat itu
mungkin mustahil aku bisa seperti saat ini, tak pernah terbayangkan untuk
menggunakan jilbab. Sebab, ketika bunda ku tersayang mulai menyarankan untuk
menggunakan baju lengan panjang ku selalu menjawab. “Ah, panas ma’ buat apa pake baju panjang
masihan ulfa juga ndak punya baju panjang”. Ha J
hatiku tertawa mengingat nya.
Yang paling
mengherankan juga dari ku adalah kakek ku adalah seorang TGH atau biyar lebih
panjang lagi maksud nya itu TUAN GURU HAJI HAYATTUDDIN NAJMUDDIN, B.A. aneh kan
cucu tuan guru tidak mau menggunakan pakaina lengan panjang.
Mungkin hanya waktu
pergi DINIYAH atau yang lebih dikenal dengan sebutan les agama saja ku mau
menggunakan jilbab. Sebab ku merasa panas, gerah sekali saat menggunakan jilbab
apalagi ditambah menggunakan pakaian yang panjang, gerah sekali.
Kalau mengingat itu
jadi malu sendiri saja. Setelah bersiap-siap dan semua barang-barang yang akan
aku bawa ke pondok sudah siap tepat nya jam 07.12 WIT. Ku bergegas mandi dan
bersiap-siap untuk berangkat kepondok ku.
Banyak sekali
keluarga ku ikut mengantar terutama kakak bapak ku yang tidak pernah senang
untuk bepergian ikut mengantar ku, tak ketinggalan juga bude ku. Mungkin mereka
sangat sayang terhadap aku.
Setelah semua siap,
ku bergegas untuk pergi bersalaman kesemua tetangga, keluarga serta teman-teman
ku. Air mata ku pun menetes saat bersalaman apa lagi saat teman-teman ku
mengucapkan kata selamat tinggal. Air mata ini seakan tidak dapat ditahan lagi.
namun, ku mencoba untuk tersenyum agar mereka juga tak ikut menangis.
Hati ku terasa berat
sekali untuk melangkah meninggal mereka. Tetapi, semua ini ku lakukan demi ku
bisa menjadi orang yang lebih baik dari
saat ini. Setelah itu sudah saat nya untuk ku berangkat tepat nya jam 08.45
WIT.
Didalam mobil ayah,
bunda ku hanya berpesan agar ku jangan terlalu mengingat rumah, menangis, serta
agar selalu rajin berdo’a, belajar. Agar bisa membanggakan keluarga ku nanti di
pondok.
Nenek ku mencium
pipiku dengan berpesan untuk selalu berdo’a dan mengaji, serta tak lupa sholat.
Hati ku terasa ingin menangis. Namun, ku menahan semua itu agar semua keluarga
ku tidak sedih dan menangin melihat ku.
Tetapi, kebahagian ku
yang lain adalah ku bisa merasakan arti kasih sayang dari semua keluarga ku.
Uang ku juga tak tanggung-tanggung. Semua keluarga dari ayah bunda ku
memberikan uang untuk ku gunakan nati di pondok ku masih menginat jumlahnya
sekitar Rp. 112.000,00 ribu rupiah, mungkin baru kali ini ku memagang uang
sebanyak itu.
Sesampai di BARABALI,
jalanan sudah sangat macet. Agar aku tidak terlambat datang kepondok kami
mengambil jalan pintas saja. Tepat nya jam 09.56 WIT kami sampai dipondok ku
tersayang yakni YANMU.
YANMU singkatan dari
YAYASAN MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA. Mungkin pondok pesantren ini sudah tak asing
lagi di teling kita semua. Pondok pesantren ini sangat terkenal di pulau
LOMBOK ini. Pondok ini sangat berjasa
dalam mencetak tunas-tunas bangsa yang cerdas, santun, kreatif juga inofativ.
Yang dipimpin oleh
TGH. ZAINAL ARIFIN MUNIR, L.C, M.AG. beliau adalah seorang guru yang sangat
cerdas dan berwibawa serta memiliki kharisma pemimpin yang sangat tinggi.
Beliau memiliki satu orang istri yang bernama HJ. SAKINAH MUSTAFA. Dan 5 orang
anak :
1.
H. Mustanir arifin
2.
Ala ul islam
3.
Madjid said
4.
Amira asmalayali
5.
Abdur rahman
Untung saja acara
baru saja dimulai dan aku tidak terlambat datang. Banyak sekali hiburan yang
disugukan, semua lagu-lagu yang dinyanyikan sangat menyentuh hati. Suara
siswa/siswi yang bernyanyi bagus-bagus sekali.
Hati ku bahagia
sekali ketika mengijak kan kaki di
pondok pesantren yang sangat ku cintai itu.
Serasa mimpi ku bisa bersekolah di sana, antara
percaya dan tidak. Sebab saat aku ikut tes untuk masuk kesana banyak sekali
saingan baik yang dari pulau lombok, sumbawa, bima, dompu dahkan sampai luar pulau
lombok seperti Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Jakarta, serta flores sana.
Itu
membuat ku pernah psimis untuk bisa masuk serta bersekolah disana, namun
alhamdulillah ku bisa lulus tes. Hari itu masih ku ingat. Hari itu hari senin,
aku berangkat jam 08.00 WIT diantar oleh paman ku.
Dia adalah salah satu
ALUMNI YANMU PERDANA ( ILMU PERDANA ) oleh sebab itu ia yang mengantar aku
untuk tes. Sesampai disana aku langsung masuk ruang pertama ternyata nama ku
sudah tertempel disana.
Aku langsung duduk di
banggu ke 2 dari belakang baris ke 3. Disana tak ada satu pun orang yang aku
kenal. Teman-teman ku juga tak ada yang ikut bersekolah disana. Pada hari itu
juga ku bertemu dengan teman baru ku yang ku kenal saat tes dia bernama DIAN
KAMALA SARI, dia berasal dari LENDANG GOCEK, PAGUTAN. Nama desa nya aneh kan,
menurut cerita dari dia kata nya sih mitos nya karena banyak sekali orang yang
sering berjudi disana. Jadi dalam bahasa sasak yaitu gocek yang artinya judi.
Aku tertawa mendengar
cerita dari dia. Saat ku mulai masuk kedalam kelas tempat aku tes tersebut, dia
sudah mulai memandang ku. Mungkin untuk berkenalan. Dan aku mencoba untuk
menebarkan senyum kepada nya.
Setelah itu satu
persatu kami disuruh menjawab soal, lalu setelah itu kami mulai mengaji al
- qur’an. Setelah mengaji al – qur’an
kami segera bersiap-siap untuk tes lisan. Pada saat itu hati ku sudah sangat
deg-degan dan takut salah menjawab.
Masih ku ingat nama
ibu ustazah yang mengetes ku saat itu ia bernama WIDIA ASTUTI ia adalah adik kelas paman ku, ia ILMU (
ALUMNI YANMU ) ke-2. ia bertanya kepada ku tentang pelajaran dan diakhir
pertanyaan nya ia menanyakan siapa yang menyuruh serta menyarankan ku untuk
bersekolah disini ? Ku tak tau akan
menjawab apa dan ku terdiam sejenak untuk berpikir.
Dua menit sudah
berlalu ku langsung menjawab, aku masuk kepondok pesantren ini atas keinginan ku sendiri, ia bertanya lagi,
apakah kamu dipaksa untuk bersekolah disini oleh kedua orang tua mu ? dan aku
menjawab tak ada yang pernah memaksa atau menyarankan ku untuk bersekolah di
pondok pesantren ini.
Pertanyaan terakhir
dari ibu ustazh ku itu adalah apa tujuan kamu untuk bersekolah disi ? langsung
ku jawab untuk menuntut ilmu ! ia tersenyum simpul kepada ku samabil mengatakan
ia sudah cukup terima kasih iya. Ku balas juga dengan senyuman manis atas
kelegaan hati yang sudah berhasil menjawab semua pertanyaan lisan dengan baik.
Keluar dari kelas itu
ku langsung bergegas pulang, tak lupa ku berpamitan dengan teman baru ku tadi.
Kami mengucapkan kata selamat tinggal semoga kami bisa lulus tes dan dapat
bersekolah bersama.
Oh iya, sebelum nya
banyak sekali keluarga ku yang melarang ku untuk pergi memondok ke sana sebab
umur ku yang masih kecil dan belum bisa mencuci baju sendiri. Maklum lah selama ini hanya
bunda ku lah yang mencucikan baju serta seragam sekolah ku.
Mereka menyarankan agar
besok setelah aku lulus smp saja baru aku masuk kesana. Sebab kalau sekarang
masih terlalu kecil untuk jauh dari orang tua, serta keluarga. Namun, ku hanya
bisa terdiam saat semua keluarga ku mengatakan seperti itu.
Ibu dari ayah ku
memarahi bunda ku karena mengizinkan aku untuk pergi memondok, ia mengira bunda
ku lah yang memaksa agar aku bersekolah
disana. Namun, bunda ku perlahan-lahan menjelaskan kepada nenek ku bahwa aku
sendiri lah yang ingin bersekolah disana. Bukan karena paksaan atau desakan
dari siapa pun.
Banyak pro dan
kontara saat aku akan pergi memondok dulu. Ada yang sangat setuju yakni ayah
dari bunda ku. Ia sangat setuju karena agar aku bisa memiliki pondasi agama
yang kuat. Yang ditanamkan sejak kecil agar iman serta pengetahuan ku tentang
agama semakin kuat.
Dan juga agar aku
bisa lebih mandiri serta bisa mengerti
arti kebersamaan, juga arti
kesederhanaan. Tidak selalu bermewah-mewahan, tidak selalu bergantung kepada
orang tua, selalu berusaha mengerjakan semua pekerjaan sendiri tidak manja
seperti saat ini.
Semua saran , dan pesan
itu semua nya benar dan sangat penting
untuk ku ketahui serta ku lakukan agar aku bisa menjadi lebih baik dari saat
ini. Ku jadikan semua itu sebagai sebuah pelajaran untuk selalu ku ingat dimana
pun aku berada.
Tepat nya jam 12. 11
WIT, semua santri-santriwati dipersilahkan untuk maju kedepan panggung dan
berbaris rapi. Aku bergegas maju kedepan panggung. Desak-desakan ingin
mengambil posisi paling depan pun terjadi. Untung saja aku tidak ikut
dikeramain itu.
Kami semua mulai
berbaris rapi, kami semua pun bertanya-tanya untuk apa kami disuruh maju kedepan
panggung ? ternyata kami semua kan dicukur. Bagi santri putra kepalanya akan
digundulkan, sedangkan untuk santri putri rambutnya akan dicukur sedikit.
Kakek ku juga sudah
bersiap-siap disana dengan membawa gunting. Aku sangat bersyukur serta bangga bisa mempunyai kakek seperti ia.
Setelah kami semua baik santri putra maupun putri selesai dicukur.
Acara pun ditutup
dengan do’a dari kakek ku sendiri. Rasa nya ku tak sanggup untuk berpisah, dan
didalam hati. Ku berpikir bagaimana kalau ku urungkan saja niat ku untuk
bersekolah disini. Sebab, ku merasa belum sanggup untuk jauh dari orang tua.
Setelah acara ditutup
kami semua bersalam-salaman. Dan bergegas untuk pergi menuju aula. Untuk sholat
serta makan siang bersama keluarga kami masing-masing. Saat aku selelai sholat
air mata ku tak bisa ku tahan lagi, hati ku sesak sekali. Tak kuasa ku menahan
air mata ini sampai suara ku tak bisa lagi terdengar.
Ku termenung diatas
sejadah kecil ku dengan mencoba menahan rasa sedih ku ini. Agar ayah bunda
serta keluarga ku tidak sedih juga menangis melihat ku seperti itu. Namun, ku
mencoba menguatkan diri. Serta menahan air mata ku agar tidak menetes.
Tak lama kemudian
bibi dan kakak misan ku datang menghampiri ku. Mereka berdua sudah terlebih dulu bersekolah disana. Bibi ku bernama NURUL
HASANAH ia anak dari adek nenek bunda ku. Sedangkan kakak misan ku bernama
RIZKA SYAFAATUL UDZMA sebenarnya, aku seharusnya memanggil nya bibi. Karena
kakek nya dengan kakek bunda ku bersaudara. Namun, kalau keluarga dari ayah ku
baru aku memanggil nya kakak.
Setelah itu adek
bunda ku yang paling kecil juga datang. Ia juga sudah terlebih dahulu
bersekolah disana, nama nya
MUHAMMMAD NURUL FAJRI dia sangat sayang kepada saya ketika dia
baru bertemu dengan ku saja dia sudah mencium ku. Dia paman yang baik buat ku.
Dia juga selalu baik terhadap ku. Tidak heran karena aku adalah keponakan
pertama nya.
Kami semua berkumpul
disana tak lupa pula dengan kakak dari bibi
UYUN ku, paman SAID namanya. Nama panjang nya MUHAMMAD
SAID RAMDHANI. Dia juga anak dari
adek nenek bunda ku. Dia sangat cerdas dan pintar bisa dibilang juga ganteng.
Kami langsung
menyantap makan siang bersama-sama. Mungkin hanya aku sendiri yang tidak ikut
makan. Nenek, bibi, serta bunda ku mencoba untuk menyuapi ku. Namun, perut ku rasa nya sudah
sangat kenyang. Serasa sudah makan sepuluh piring saja. Buah, jajan, juga tak
ada satu pun yang aku makan apa lagi disentuh.
Bunda ku menyuruh
ayah serta paman ku untuk pergi membelikan bakso kesukaan ku. Namun, ku tolak
juga. Semua keluarga ku terdiam melihat aku tak mau makan. Sebab, dari pagi aku
tak pernah sarapan atau memakan nasi.
Bunda ku pun menangis
melihat aku tak mau makan. Ia berpesan kepada bibi UYUN serta kak RISKA agar
selalu, memantau, menjaga juga merawat ku . bunda ku sangat kawatir bila aku
tak mau mengantri untuk mengambil nasi.
Oh iya, semua santri
putra serta putri tidak perlu memasak. Sebab kami hanya tinggal mengantri untuk
mengambil nasi dan lauk saja. Waktu makan kami sangat teratur yakni pagi saat
sebelum berangkat kesekolah, siang saat kami pulang sekolah, serta sore saat
sebelum mulai sholat magrib.
Bunda ku sangat
kawatir kalau akau tak akan mau mengantri untuk mengambil nasi, sebab saat aku
dirumah apabila bunda ku tidak mengambilkan nasi aku tidak akan pernah mau
makan. Oleh sebab itu badan ku tidak terlalu berisi sebab aku sangat manja,
bunda ku juga sangat bingung. Namun, tak heran kalau aku seperti itu karena
dulu ia juga seperti itu ketika ia seumuran dengan ku.
Ayah ku juga seperti
itu jadi jangan heran kalau kau seperti itu. Seperti kata pepatah “ buah itu
jatuh tidak jauh dari pohon nya “.
Setelah kami semua
selesai makan siang kami mulai diberikan waktu hanya 30 menit untuk melepas
rindu kami bersama keluarga. Rasa nya aku tak sanggup untuk berpisah dan jauh
dari mereka semua.
Pesan yang sangat ku
ingat adalah saat bunda, nenek, ayah, bibik ku berpesan agar aku selalu rajin
sholat, berdo’a, serta belajar. Jang
an terlalu memikirkan rumah saja.
30 menit sudah
berlalu, saat nya orang tua serta keluarga kami untuk pulang. Air mata ku pun
mulai menetes. Ku langsung bersalaman dengan ayah, bunda ku. Bunda ku langsung
mencium pipi ku sambil memeluk erat tubuh kecil ku.
Air mata bunda ku
menetes membayangkan akan jauh dari anak
tersayang nya ini. Bibi ku juga mencium serta memeluk ku sambil berpesan jangan
lupa sholat iya sayang.
Hati ku terasa sakit
sekali bila mengingat semua itu. Tak ada satu pun kata yang bisa ku ucapkan.
Nenek dan kakek ku juga memeluk tubuh mungil ku sambil mencium pipi dan juga
mengucapkan pesan yang sama seperti bibi, ayah, serta bunda ku.
Ketika mereka semua
berjalan pelan meninggalkan ku. Ku mencoba untuk bertahan dan berusaha tabah
serta menahan air mata yang akan menetes. Sungguh seperti drama senetron saja.
Setelah itu aku mulai
berbaris sambil membawa koper serta tas ku. Satu persatu teman-teman ku sudah
masuk kedalam kamar mereka masing-masing. Aku tak menyangka ternyata kamar ku
adalah kamar terakhir. Mungkin karena awal nama ku yang dimulai dengan huruf S
jadi kamar ku berada paling terakhir.
Disana aku mendapat
banyak sekali teman baru. Dan disanalah tempat pertama kali ku menemukan “SAHABAT
SEJATI KU” sampai saat ini.
Banyak sekali susah
senang yang ku lewati dikamar yang penuh dengan kenangan itu.
Jam 14.12 WIT, aku
mulai merapikan pakaian ku kedalam lemari. Aku hanya duduk santai disamping
bibi dan kakak ku.
Mereka berdua lah
yang merapikan pakaian ku kedalam lemari. Banyak sekali teman-teman yang
sekamar dengan ku menangis ingin pulang. Mungkin hanya aku satu-satu nya santri
putri didalam kamar tersebut yang tidak menangis.
Mungkin karena aku
mengingat pesan semua keluarga ku yang berpesan agar aku jangan menangis. Bibi
dan kakak misan ku juga selalu menghibur dan mengajak ku bercanda.
Setelah membereskan
pakaian ku. Aku langsung diajak untuk pergi kekamar kak riska. Disana ia mengenalkan
ku dengan teman-teman nya. Semua teman-teman nya sangat baik terhadap ku.
Lalu, adzan ashar pun
berkumandang. Kak riska dan bik nurul langsung mengajak ku untuk mengambil air
wuduk. Dan langsung berangkat ke aula.
Dan malam nya adalah
malam pembukaan acara MOS untuk santri putra dan putri. Kami semua berbaris
menurut nama yang sudah tertera. Dimasing-masing regu.
Kami semua
mengumpulkan uang sebesar Rp. 15.000 untuk membeli peralatan MOS. Seperti topi
yang terbuat dari anyaman bambu, papan nama, tas yang terbuat dari gresek
berwarna hitam. Dan masih banyak lagi.
Malam pertama dibuka
dengan menyalakan api unggun. Ditengah-tengah lapangan disana aku mulai
berkenalan dengan teman-teman baru ku. Hati ku sangat bahagia.
Setelah itu kami
semua langsung bergegas untuk kembali kekamar kami masing-masing. Namun, bagi
yang SMA/MA nanti pada jam tertentu akan dibangunkan ditengah-tengah malam
sebagai tes pertama nya. Akan tetapi bagi yang SMP sengaja tidak diikutkan
karena masih terlalu kecil.
Oh iya dipondok ku itu kami sudah memiliki ranjang
masing-masing yang bersusun dan kebetulan aku mendapat ranjang dibagian atas.
Setelah selesai pembukaan MOS tadi kami semua bergegas untuk tidur. Banyak
teman-teman yang seusia dengan ku menangis karena tidak terbiasa tidur ditempat
lain selai dikamar nya. Suara kamar kami penuh dengan suara tangisan.
Hanya aku satu-satu
nya yang tidak menangis. Namun, semua orang tidak pernah tau ketika mereka
sudah terlelap tidur. Air mata ku seakan menetes dengan deras nya tanpa bisa
ditahan lagi. bantal tidur ku pun ikut basah oleh air mata ku. Hati ku seakan
seperti ditusuk-tusuk. Aku teringat kedua orang tua ku.
Sampai saat santri
SMA mulai dibangunkan untuk segera pergi keaula air mata ku masih mengalir tak
ada satu pun orang yang tau. Sampai-sampai orang yang tidur berdekatan dengan
aku pun tak ada yang tau.
an terlalu memikirkan rumah saja.